Kesedihanku

Lima tahun lalu, seorang gadis cantik dinikahi adik sepupuku. Dia dengan mudah diterima dan berbaur dengan keluarga besar kami karena keluwesan pergaulannya. Karena itulah,ia disayangi semua anggota keluarga. Selama lima tahun membangun rumah tangga, saya melihatnya adik iparku ini punya inisiatif dan lebih kreatif dalam membangun ekonomi keluarga. Walau hidup bertani dengan lahan terbatas namun keluarga muda ini menunjukkan kemajuan yang membanggakan. Mereka bisa membeli tanah dan membangun rumah sederhana di atasnya. Tahun ini mereka berencana membangun rumah yang lebih bagus. Minggu lalu,ada kabar bahwa adik iparku sakit keras dalam keadaan hamil tua. Saya dan isteri menjadi cemas dengan keadaannya. Kami sepakat untuk menjenguknya hari itu juga. Karena mereka tinggal di pedalaman,kami harus berjalan kaki dengan pendakian yang cukup jauh. Jalan raya memang ada tapi tidak setiap saat ada kendaraan. Ternyata sakitnya cukup parah. Kami memutuskan agar ia dibawa ke rumahku agar lebih mudah diurus tenaga medis dan bisa dirujuk ke RSUD. Untung, ada adik sepupu yang lainnya bekerja sebagai sopir sehingga bisa menjemput kami di pedalaman walau hari sudah malam. Sekitar jam 20 kendaraan datang dan kami langsung membawa adik ipar malam itu juga. Kendaraan bergerak lambat karena kondisi jalan sangat buruk. Setelah diurus bidan dan perawat,kondisinya membaik. Kami dan keluarga sangat senang dengan perkembangan itu. Namun pada hari kedua keadaannya memburuk. Keesokan harinya, kami menghantarnya ke RSUD di kabupaten tetangga yang jauhnya 60-an km. Menurut hasil pemeriksaan lab, hb darahnya rendah dan mengidap malaria yang katanya masuk ke otak. Selain itu,ternyata bayi dalam kandungannya tidak selamat. Dokter memutuskan dia segera dioperasi pada malam harinya sambil menunggu kesadarannya pulih. Tapi pada jam 22 kondisinya jadi kritis. Akirnya,pada jam 22.30 ia menghembuskan napasnya yg terakhir. Kami semua sedih dan berduka. Malam itu juga jenasahnya dipulangkan. Orang-orang sekampung telah menunggu. Mobil jenasah baru tiba pukul 3 pagi. Jenasahnya langsung dibawa ke kampung orang tua kami di pegunungan. Kami menandunya dengan meminjam keranda yang disiapkan rumah sakit. Lagi-lagi dengan berjalan kaki di jalanan yg becek dan licin. Inilah potret kemiskinan dan ketertinggalan di daerahku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Kalok

PESONA DI LEMBAH PAKU

Keunggulan dan Kelemahan Bolt Browser