Anak Kalok
Dongeng dari Manggarai
Timur
Pada zaman dahulu hiduplah suatu keluarga petani di suatu natar (kampung) dalam wilayah Kedaluan Ronggakoe di Kecamatan Kota Komba. Keluarga tersebut hanya terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak. Mereka sangat miskin. Rumah mereka terbuat dari alang-alang dan mereka hanya makan ubi dan jagung.
Anak tersebut bernama Rémon. Ia seorang anak ata lésa (tunggal). Rémon mbaé dung azé-ka'én (tidak mempunyai saudara). Ayahnya sudah lama meninggal. Tidak lama kemudian, ibunya pun sakit berat dan akhirnya meninggal. Rémon sangat sedih. Sejak kecil ia hidup sendirian sebagai anak kalok (yatim-piatu).
Suatu hari Rémon pergi dari kampungnya. Ia berdiam di rumah paman dan bibinya. Setiap hari
Rémon disuruh bekerja. Segala macam pekerjaan di rumah maupun di kebun dikerjakannya. Ia bekerja keras tetapi paman dan bibinya sering kali tidak memberikan makanan kepadanya.
Walau demikian, Rémon tidak putus asa. Ia tidak selalu menunggu pemberian dari paman dan bibinya, tetapi ia juga mencari makanan. Tiap hari ia ke hutan untuk mencari ubi hutan seperti kéngal, séwu, dan kou'. Dalam hatinya ia berharap, "Ah, semoga Embu' Eté berbelas kasihan kepada saya, sehingga saya dapat menemukan kéngal, séwu, dan kou'.
Ubi hutan sudah ada, tetapi Rémon tidak mau makan ubi mentah. Karena itu, ia cari akal untuk mendapatkanwapi dengan cara membelah bambu/kayu keras yg kering. Kedua belahan kayu digesekkan sampai timbullah panas dan lama-kelamaan jadilah api. Setelah ada api, ubi hutan pun dibakar. Ubi yg masak dimakannya sampai kenyang.
Pada suatu hari, saat berkeliaran mencari umbi-umbian di hutan, tiba-tiba Rémon bertemu dengan Poti Wolo (raksasa). Remon pun lozi (lari) dan memanjat sebatang pohon. Poti Wolo pun memanjat pohon untuk menangkap Rémon. Tentu saja Rémon sangat ketakutan menghadapi Poti Wolo. Ia ngazi (berdoa) kepada Embo' Été (Tuhan) agar mendapat pertolongan, "O Embo' Été, lindungilah aku dalam bahaya ini."
Setelah ngazi, Rémon siap menghadapi Poti Wolo. Pisau yg tajam disiapkannya. Rémon yg kurus itu berniat melawan Poti Wolo. Namun, dalam sekejap mata Poti Wolo yg besar itu menelan si Rémon. Begitu Rémon tertelan, Poti Wolo beti tukan (sakit perutnya). Katanya, "Aduh, aduh, sakit sekali rasanya perutku setelah makan seekor ikan kecil". Ternyata di dalam perut Poti Wolo si Rémon rotas tukan (sedang memotong-motong perut Poti Wolo) hingga isi perutnya terburai. Tak ada seorang pun yg menolongnya. Rémon pun keluar dari perut Poti Wolo. Ia pun selamat dan pulang ke kampungnya.
Sumber:
Pembelajaran CERITA LOKAL Manggarai Timur
Untuk Siswa Kelas IV SD.
Timur
Pada zaman dahulu hiduplah suatu keluarga petani di suatu natar (kampung) dalam wilayah Kedaluan Ronggakoe di Kecamatan Kota Komba. Keluarga tersebut hanya terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak. Mereka sangat miskin. Rumah mereka terbuat dari alang-alang dan mereka hanya makan ubi dan jagung.
Anak tersebut bernama Rémon. Ia seorang anak ata lésa (tunggal). Rémon mbaé dung azé-ka'én (tidak mempunyai saudara). Ayahnya sudah lama meninggal. Tidak lama kemudian, ibunya pun sakit berat dan akhirnya meninggal. Rémon sangat sedih. Sejak kecil ia hidup sendirian sebagai anak kalok (yatim-piatu).
Suatu hari Rémon pergi dari kampungnya. Ia berdiam di rumah paman dan bibinya. Setiap hari
Rémon disuruh bekerja. Segala macam pekerjaan di rumah maupun di kebun dikerjakannya. Ia bekerja keras tetapi paman dan bibinya sering kali tidak memberikan makanan kepadanya.
Walau demikian, Rémon tidak putus asa. Ia tidak selalu menunggu pemberian dari paman dan bibinya, tetapi ia juga mencari makanan. Tiap hari ia ke hutan untuk mencari ubi hutan seperti kéngal, séwu, dan kou'. Dalam hatinya ia berharap, "Ah, semoga Embu' Eté berbelas kasihan kepada saya, sehingga saya dapat menemukan kéngal, séwu, dan kou'.
Ubi hutan sudah ada, tetapi Rémon tidak mau makan ubi mentah. Karena itu, ia cari akal untuk mendapatkanwapi dengan cara membelah bambu/kayu keras yg kering. Kedua belahan kayu digesekkan sampai timbullah panas dan lama-kelamaan jadilah api. Setelah ada api, ubi hutan pun dibakar. Ubi yg masak dimakannya sampai kenyang.
Pada suatu hari, saat berkeliaran mencari umbi-umbian di hutan, tiba-tiba Rémon bertemu dengan Poti Wolo (raksasa). Remon pun lozi (lari) dan memanjat sebatang pohon. Poti Wolo pun memanjat pohon untuk menangkap Rémon. Tentu saja Rémon sangat ketakutan menghadapi Poti Wolo. Ia ngazi (berdoa) kepada Embo' Été (Tuhan) agar mendapat pertolongan, "O Embo' Été, lindungilah aku dalam bahaya ini."
Setelah ngazi, Rémon siap menghadapi Poti Wolo. Pisau yg tajam disiapkannya. Rémon yg kurus itu berniat melawan Poti Wolo. Namun, dalam sekejap mata Poti Wolo yg besar itu menelan si Rémon. Begitu Rémon tertelan, Poti Wolo beti tukan (sakit perutnya). Katanya, "Aduh, aduh, sakit sekali rasanya perutku setelah makan seekor ikan kecil". Ternyata di dalam perut Poti Wolo si Rémon rotas tukan (sedang memotong-motong perut Poti Wolo) hingga isi perutnya terburai. Tak ada seorang pun yg menolongnya. Rémon pun keluar dari perut Poti Wolo. Ia pun selamat dan pulang ke kampungnya.
Sumber:
Pembelajaran CERITA LOKAL Manggarai Timur
Untuk Siswa Kelas IV SD.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda ke BARCHETO PUTRA